About Me

http://zulminara.blogspot.com/
View my complete profile
Muhammad Zulmi Wijiyanto. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Kedudukan Rasulullah Saw


KEDUDUKAN RASULULLAH SAW




Disusun Oleh :

·         Muhammad Zulmi Wijiyanto
·         Juliana Astuti
·         Kurnia Sari
·         Endah Khairunisa



SEKOLAH TINGGI FARMASI
MUHAMMADIYAH TANGERANG

Jln. Bhaktimanunggal No. 05 Selahaur, Rangkasbitung (42317)




Kata Pengantar

Assamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
  Dengan mengucapkan syukur Alhamdulilah atas kehadirat Allah Swt, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah dengan tepat waktu. Tanpa pertolongonnya mungkin penyusun tidak sanggup menyelesaikan dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta yakni Nabi Muhammad SAW.
  Berikut ini penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul “Kedudukan Rasulullah SAW”. Dalam penyusunannya, kami memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu penyusun mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : Kedua orang tua dan Dosen ( Maman Rohmani, Spd ) yang telah memberikan dukugan, kasih dan kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntut pada langkah yang lebih baik lagi. Meskipun penyusun berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar tugas ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penyusun berharap agar makalh ini bermanfaat bagi semua pembaca.


 Nuun Walqolami Wamma Yasthuruun
Wasallamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh



Rangkasbitung, 09 September 2014



( Penyusun )


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR                     .................................................................................................. ..i
DAFTAR ISI                                    .....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1              Latar belakang           .....................................................................................................1
1.2              Rumusan Masalah      .................................................................... ……………………1
1.3              Tujuan                      ......................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
            2.1       Kedudukan terhadap Rasul lain ......................................................................................3
            2.2       Rasulullah sebagai rahmatan lil alamin...............................................................................7
            2.3       Rasulullah sebagai uswatun hasanah ................................................................................7
            2.4       Rasulullah sebagai khataman nabiyyin wal mursalin ……………………………..............9

BAB III PENUTUP
            3.1       Kesimpulan............. ..................................................................................................11
           3.2          Saran .......................................................................................................................11




BAB I
PENDAHULUAN

1.1          1.1     Latar Belakang

Manusia tidak dapat mengenal dan mensifati Nabi Muhammad SAW secara sempurna, sebab manusia agung ini adalah manifestasi kesempurnaan dan ke agungan Sang Pencipta. Namun bukan berarti Rasul Saw jauh dari jangkuan, karena ia adalah teladan dan contoh bagi umat manusia. Hanya saja manusia agung ini tidak dapat di samakan atau di sejajarkan dengan manusia-manusia lain.
Nabi Muhammad Saw selain memiliki kedudukan spiritual yang tinggi, juga menjalani kehidupan layaknya manusia biasa seperti memiliki pendamping hidup dan terlibat dalam kegiatan ekonomi. Dunia materi punya tuntunan-tuntunan spesifik  yang tidak boleh diabaikan apalagi beliau di utus sebagai seorang teladan.
Allah menciptakan manusia pertama kali Nabi Adam As dan sebagai penutup (Khataman Nabiyyin wal mursalin)  Nabi adalah Nabi Muhammad SAW, dimana beliau seorang laki-laki pilihan Allah SWT yang di utus untuk menyampaikan ajaran yang benar yaitu agama islam, sesungguhnya uswatun hasanah sudah ada tertanam pada beliau sejak lahir, sebagai mana Firman Allah SWT dalam (QS. Al-Ahzab ayat 21) yang berbunyi Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu uswatun hasanah (suri tauladan yang baik) bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharapkan (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” Beliau juga adalah pembawa rahmatan lil’alamin sebagaimana Firman Allah SWT dalam (QS.At-Taubah ayat 33) yang Artinya : ”Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk (Al-Qur’an) dan agama yang benar untuk di unggulkan ats segala agama , walau orang-orang musyrik tidak menyukai.”


1.2                1.2   Rumusan Masalah

·          Apa yang di maksud dengan Kedudukan Rasul lain ?
·         Apa yang dimaksud dengan Rahmatan lil’alamin dan sejak kapan Rasulullah sebagai Rahmatan lil’alamin ?
·         Apa yang dimaksud dengan Uswatun Hasanah dan sejak kapan Rasulullah memiliki Usawatun Hasanah?
·         Apa yang dimaksud dengan Khataman Nabiyyin Wal Mursalin ?

1.3                  1.3       Tujuan

Dengan membuat makalah yang berjudul “Kedudukan Rasulullah Saw” bisa memberikan pengetahuan dan pemahaman lebi luas tentang Rasulullah Saw kepada penyusun.





BAB II
PEMBAHASAN

2.1       Kedudukan Terhadap Rasul lain
Kedudukan dan derajat Nabi Muhammad Saw, berdasarkan ayat-ayat Al-Qur’an. Sebagai kekasih Allah Swt, beliau memeliki kedudukan dan posisi istimewa di sisi-Nya.Tanpa ragu bahwa pengenalan dan makrifat kepada Allah Swt, di peroleh melalui Rasul Saw. Semua Nabi As berada di bawah Rasul Saw dan ajaran mereka juga mengikuti risalah Muhammad Saw meski mereka datang lebih dahulu. Mereka di utus untuk mempersiapkan kedatangan manusia agung ini. Dengan kata lain, semua Nabi as berada di bawah perintah Rasul Saw untuk menyampaiakan risalah dan misi Nabi Muhammad Saw.
Ketika menjelaskan tentang kedudukan dan derajat keberadaannya yang mendahului Nabi-nabi as lain, Rasul Saw bersabda : “Hal pertama kali di ciptakan Allah Swt adalah cahayaku.” Sementara terkait derajat kenabian yang mendahului Nabi-nabi as lain termasuk Nabi Adam as, Rasul Saw bersabda : “Aku sudah menjadi Nabi  saat berada di antara air dan tanah liat.” Hadis ini juga dapat di pahami bahwa pengangkatan Rasul Saw telah menjadi agenda Tuhan sebelum penciptaan Nabi Adam as dan Nabi-nabi as lain. Hanya saja kondisi waktu itu untuk mengtusnya ketengah umat manusia belum tercipta kala itu.
Beliau Saw menyatakan cahayanya sebagai makhluk pertama yang diciptakan Allah Swt. Dalam hadis lain, Rasulullah Saw bersabda : “Hal yang pertama kali di ciptakan Allah Swt adalah akal.” Artinya, akal dan cahaya Muhammad Saw bukan dua hal yang berbeda, tapi akal dan cahaya adalah satu dan makhluk pertama kali ada adalah hakikat cahaya dan akal manusia agung ini. Masalah ini sudah dibuktikan dalam filsafat irfan teoritis ; Nabi Muhammad Saw merupakan manifestasi pertama ciptaan Tuhan dan ia adalah makhluk yang paling mulia dan sempurna di anatara ciptaan-Nya.
Berikut ini kami sebutkan beberapa kedudukan dan derajat Rasulullah Saw sebagaiamana di jelaskan dalam al-qur’an :

1.      Tunduk dan pasrah di hadapan Allah Swt
    Allah Swt dalam banyak ayat menjelaskan kedudukan dan derajat Nabi Muhammad Saw di dunia dan akhirat. Diantara posisi istimewa itu adalah sikap tunduk pasrah di hadapan tuhan. Rasulullah Saw memiliki kepasrahan yang begitu murni sampai-sampai Allah memuji kedudukan ini. (Qs.Ali-Imran:2, Al-An’am:41,17 dan 361).

2.      Risalah Kenabian
   Risalah kenabian termasuk posisi istimewa lain yang di berikan Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw. Risalah kanabian beliau Saw memiliki keistimewaan yang khas di banding risalah Nabi as sebelumnya. Karakteristik risalah Rasulullah Saw adalah sebagai penutup, penghapus rislah sebelumnya, penyempurna risalah para Nabi as terdahulu, di tunjukan untuk seluruh umat manusia, dan sebagai rahmat bagi semesta alam. Ciri-ciri ini dimiliki oleh Nabi Muhammad Saw dan tidak di miliki oleh para Nabi as sebelumnya.
Risalah Nabi-nabi as terdahulu hanya untuk kaum tertentu saja dan sesuai dengan kondisi pada masa itu. Sementara risalah Nabi Muhammad Saw di peruntukan bagi seluruh umat manusia dan berlaku hingga akhir zaman. Allah Swt juga telah menjelaskan bahwa Rasulullah Saw adalah penutup para Nabi sehingga tidak ada Nabi lain setelahnya.

3.      Pemberi Syafaat
Pemberi syafaat termasuk gelar lain yang di sandang oleh Rasulullah Saw. Kedudukan ini juga dapat di peroleh oleh manusia biasa melalui shalat tahajud dan sunnah di pertengahan malam. Hanya saja syafaat yang dimiliki Rasulullah Saw adalah syafaat yang bersifat mutlak. Allah Swt memberi wewenang kepada Rasulullah Saw untuk memberi syafaat kepada umatnya kelak. Meski Allah Swt dalam kitab sucinya tidak pernah menyebutkan nama seorang pun yang kelak di hari kiamat akan memberi syafaat dan siapa saja yang memiliki sifat-sifat tersebut, berarti ia adalah pemberi syafaat di hari kiamat.

Ada beberapa golongan yang di sebutkan oleh Al-Qur’an sebagai pemberi syafaat. Di antaranya adalah para Nabi as, malaikat, dan kaum mukmin yang saleh. Selain itu, amal perbuatan yang baik juga dapat memberikan syafaat kepada pelakunya.
4.      Kemaksuman Mutlak

Kemaksuman mutlak (kesucian mutlak) juga termasuk kedudukan yang lain dimiliki Rasulullah Saw. Mazhab Syiah meyakini bahwa Nabi Muhammad Saw dan Nabi-nabi as lain terjaga dari dosa dan maksiat, baik dosa kecil atau besar, yang di sengaja atau tidak. Tujuan utama di utusnya Nabi Saw adalah untuk memberikan petunjuk kepada seluruh umat manusia dan membimbing mereka kepada hakikat kebenaran. Pada dasarnya, Nabi Saw adalah duta Tuhan untuk seluruh umat manusia. Beliau di tugaskan untuk memberi hidayah kepada jalan yang lurus. Apabila beliau sendiri tidak konsisten dengan ajaran Ilahi, atau bahkan mengamalkan yang sebaliknya, maka umat manusia akan tersesat dan ini bertentangan dengan tujuan Nabi.
Allah Swt dalam ayat 23 dan 231 surat Ali-Imran menegaskan kewajiban mentaati Rasulullah Saw secara mutlak dan menganggap ke taatan kepada manusia suci ini sebagai ketaatan kepada-Nya. Perintah ini mengindikasikan kemaksuman mutlak dan sempurna yang di miliki Rasulullah Saw, sebab jika tidak demikian, tentu saja Allah Swt akan memerintahkan manusia untuk mematuhi dalam kasus tertentu saja. Sementara Allah Swt menilai ketaatan kepada Rasulullah Saw sama dengan ketaatan kepada-Nya dan tanpa pengecualian sama sekali. Dalam surat An-Nisa ayat 64, Allah Swt berfirman : “Dan kami tidak mengutus seorang Rasul pun melaikan untuk di taati dengan izin Allah.” Ketaatan mutlak kepada Nabi Saw hanya terjadi jika beliau berada di bawah ketaatan kepada Allah Swt dan sebagai perpanjang dari-Nya.
Metode penjelasan seperti itu dengan sendirinya membuktikan kemaksukman mutlak Rasulullah Saw. Beliau terjaga dari segala bentuk kesalahan, keliruan, kelupaan dan sejenisnya. Jika tidak, mustahil Allah Swt memerinthakan manusia untuk mematuhi secara mutlak.



5.      Hakim dan Pemberi Keputusan

Di antara duni dan akhirat Nabi Muhammad Saw adalah bertindak sebagai hakim dan pemberi putusan atas sebuah perkara dan sengketa yang terjadi di tengah umatnya. Selama di dunia, Nabi Saw juga bertugas memutuskan perkara dan sengketa di tengah umat manusia berdasarkan hukum Allah Swt. Beliau bertindak sebagai hakim dan memberi putusan yang adil terhadap setiap kasus. Sementara di akhirat, Nabi Saw menjadi pembagi antar penghuni surga dan neraka.

6.      Wilayah dan Kepemimpinan

            Rasulullah Saw mengemban tugas untuk memberi penjelasan berbagai urusan dunia dan akhirat umat manusia. Beliau menjelaskan kepada masyarakat sesuai dengan ketentuann wahyu. Beliau juga menjalankan roda pemerintah yang kelak menjadi sumber manifestasi rahmat Tuhan, keadilan Islam dan simbol memerangi kezaliman.

7.       Penghambaan
Lemabaran kehidupan Rasulullah Saw adalah kumpulan makrifat, keilmuan dan amal saleh yang mendidik umat manusia. Manusia agung ini telah melakukan puncak penghambaan kepada Allah Swt, beliau menjadi hamba yang pasrah secara mutlak sehingga menggapai kekuatan spiritual yang agung. Karena itu, Rasulullah Swt tak pernah gentar menghadapi kekuatan syirik, kufur, gemerlap materi atau penguasa yang berhias diri dengan harta dan bala tentara.
Ibadah adalah tangga yang mengatarkan manusia ke puncak kesempurnaan ruh dan spiritual. Setiap amal kebaikan yang di lakukan dengan niat mendekati diri kepada Allah Swt, tergolong dan penghambaan.



2.2       Rasulullah sebagai rahmatan lil alamin
Umat Islam tentu meyakini misi rahmatan lil ‘alamin, sebab  istilah rahmatan lil-’alamin telah dinyatakan oleh Al Qur’an. Istilah rahmatan lil-’alamin dipetik dari salah satu ayat Al Qur’an;
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِين
(Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam).” (QS Al Anbiya’ : 107).
Dalam ayat itu,  “rahmatan lil-’alamin” secara tegas dikaitkan dengan kerasulan Nabi Muhammad Saw. Artinya, Allah tidaklah menjadikan Nabi Saw sebagai rasul, kecuali karena kerasulan beliau menjadi rahmat bagi semesta alam. Karena rahmat yang diberikan Allah kepada semesta alam ini dikaitkan dengan kerasulan Nabi Saw, maka umat manusia dalam menerima bagian dari rahmat tersebut berbeda-beda. Ada yang menerima rahmat tersebut dengan sempurna, dan ada pula yang menerima rahmat tersebut tidak sempurna.
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, sahabat Nabi Salallahu ‘Alaihi Wa Sallam, pakar dalam Ilmu Tafsir menyatakan: “Orang yang beriman kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, maka akan memperoleh rahmat Allah dengan sempurna di dunia dan akhirat. Sedangkan orang yang tidak beriman kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, maka akan diselamatkan dari azab yang ditimpakan kepada umat-umat terdahulu ketika masih di dunia seperti dirubah menjadi hewan atau dilemparkan batu dari langit.”
Penafsiran di atas diperkuat dengan hadits shahih yang menegaskan bahwa rahmatan lil-’alamin telah menjadi karakteristik Nabi Saw dalam dakwahnya. Ketika sebagian sahabat mengusulkan kepada beliau, agar mendoakan keburukan bagi orang-orang Musyrik, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab: “Aku diutus bukanlah sebagai pembawa kutukan, tetapi aku diutus sebagai pembawa rahmat.” (HR. Muslim).
Penafsiran di atas memberikan gambaran, bahwa karakter rahmatan lil-’alamin memiliki keterkaitan sangat erat dengan kerasulan Nabi Saw. Kaitannya dengan kerasulan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, yakni penyampaian ajaran Islam kepada umatnya.Maka seorang Muslim, dalam menghayati dan menerapkan pesan Islam rahmatan lil-’alamin tidak boleh menghilangkan misi dakwah yang dibawa oleh Islam itu sendiri.


2.3       Rasulullah sebagai uswatun hasanah

            لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu uswatun hasanah (suri teladan yang baik) bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”
[QS. Al-Ahzaab: 21]
Ayat yang agung di atas, di setiap bulan Rabi’ul Awwal, biasanya menjadi ayat yang paling sering terdengar dari corong-corong masjid. Tentu saja melalui mimbar-mimbar ceramah mauli, para penceramah maulid juga tidak pernah lupa mengingatkan makna inti yang terkandung dalam ayat tersebut, bahwa kita sebagai ummat Muhammad wajib untuk menjadikan beliau sebagai panutan dan ikutan dalam mengamalkan agama. 

Belakangan, mencuat sebuah pertanyaan, sudahkah makna inti ayat tersebut terealisasi pada diri dan masyarakat muslim kita? Dan apakah kita telah memahami hakikat “uswatun hasanah” yang diinginkan oleh ayat tersebut? Ulama tafsir mengaitkan turunnya ayat di atas secara khusus dengan peristiwa perang Khandaq yang sangat memberatkan kaum muslimin saat itu. Nabi dan para Sahabat benar-benar dalam keadaan susah dan lapar, sampai-sampai para Sahabat mengganjal perut dengan batu demi menahan perihnya rasa lapar. Mereka pun berkeluh kesah kepada Nabi. Adapun Nabi, benar-benar beliau adalah suri teladan dalam hal kesabaran ketika itu.
Nabi bahkan mengganjal perutnya dengan dua buah batu, namun justru paling gigih dan sabar. Kesabaran Nabi dan perjuangan beliau tanpa sedikitpun berkeluh kesah dalam kisah Khandaq, diabadikan oleh ayat di atas sebagai bentuk suri teladan yang sepatutnya diikuti oleh umatnya. Nabi kita adalah manusia yang terbaik di segala sisi dan segi. Di setiap lini kehidupan, beliau selalu nomor satu dan paling pantas dijadikan profil percontohan untuk urusan agama dan kebaikan.
 Sehingga tidak heran jika Allah mewajibkan kita untuk taat mengikuti beliau serta melarang kita untuk durhaka kepadanya dalam banyak ayat al-Qur-an, di antaranya firman Allah (artinya): “…Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya kedalam surga yang mengalir didalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan Itulah kemenangan yang besar.” [QS. An-Nisaa: 13]

Rasulullah juga pernah bersabda:
كُلُّ أُمَّتِيْ يَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ إِلاَّ مَنْ أَبَـى، فَقِيْلَ: وَمَنْ يَأْبَى يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: مَنْ أَطَاعَنِيْ دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِيْ فَقَدْ أَبَى
“Setiap ummatku akan masuk surga kecuali yang enggan. (Lalu) dikatakan kepada beliau: ‘Siapa yang enggan itu wahai Rasulullah ?’ Maka beliau menjawab: ‘Barangsiapa mentaati aku ia pasti masuk surga, dan barangsiapa yang mendurhakaiku maka ia enggan (masuk surga).” [Shahih Bukhari: 7280]

Hakikat Makna Uswatun Hasanah
Kita sering terperangkap dalam pola prinsip yang keliru dalam memaknai hakikat uswatun hasanah yang ada pada diri Rasulullah . Tidak sedikit di antara kita mengkerdilkan makna sifat uswah (keteladanan) Nabi hanya terbatas pada masalah-masalah akhlak, sunnah-sunnah dan ritual ibadah yang dikerjakan oleh Nabi saja. Padahal, syari’at juga menuntut kita untuk meninggalkan -atau tidak mengerjakan- segala sesuatu yang tidak dikerjakan oleh Nabi dalam urusan agama ini.



2.4       Rasulullah sebagai khataman nabiyyin walmursalin
        Ayat KS Aquran (Quran Suci/QS) Surat Al Ahzab 33:40 A’udzubillah himinasy-syaithanMaa kaana Muhammadun abaa ahadin minr rijaalikum wa laakinr rosuuulal laahi wa khaatamannabiyyin”Yang artinya Muhammad bukanlah Bapak dari seorang laki-laki kamu, tetapi ia adalah seorang Rasul dan Khaataman Nabiyyin, khatam-nya dari para nabi-nabi.
Ayat Khataman-Nabiyyin ini diturunkan di dalam rangkaian pembelaan dari Allah SWT kepada YM. Nabi Suci Muhammad Rasulullah Saw. Atas tuduhan orang Arab Quraisy , bahwa pernikahan Rasulullah Saw dengan Hadhrat Siti Zainab, janda dari Zaid “anak angkat” Rasulullah Saw. yang dituduh mengawini janda menantunya sendiri. Tuhan menjawab cemoohan orang Quraisy terhadap Rasulullah Saw. Yang melanggar tradisi berlaku pada saat itu yang tidak membolehkan orang mengawini janda bekas menantunya walaupun dari anak angkatnya, Yang kedudukan anak angkat itu menurut adat kebiasaan orang Quraisy disamakan statusnya dengan anak sendiri.
Pada saat diturunkannya wahyu tentang Khaataman Nabiyyin tersebut, tidak pernah terpikir waktu itu oleh para sahabat Rasulullah Saw.  Bahwa khatam itu diartikan sebagai penutup untuk nabi-nabi, ini adalah berdasarkan keterangan dari YM, Rasulullah Saw sendiri. Apalagi jika kita membaca keseluruhan ayat-ayat yang ada di dalam Rukuk ke-5 dari Surah Al Ahzaab ini bahkan di keseluruhan Surah al Ahzaab pun tidak ada disinggung satu pun indikasi yang berkenaan dengan inniy aakhirul-anbiya’ atau laa nabiyya ba’di
 Disebutkan di dalam surah ini Al Ahzaab ini adalah: Jangan engkau mengikuti kebiasaan orang-orang kafir dan orang munafik (ayat 1, dalam hal status anak angkat dll.), menjadikan istri-istrimu sebagai ibu dan anak-anak angkatmu sebagai anak sendiri (ayat 4), tetapi panggillah anak ini dengan nama bapak mereka (ayat 5), dan Kami pun mengatur pernikahan engkau dengan Zainab, yang janda dari Zaid anak angkat engkau itu; di mana sama sekali tidak ada sesuatu pun yang akan mencemarkan nama engkau, di mana engkau adalah Khaataman Nabiyyin.
Selain yang artinya penutup (yaitu khatim) ada banyak arti dari kata Khatam yaitu: Cincin, perhiasan (bagi yang memakainya), meterai, segel, yang membenarkan, yang paling afdhal, yang paling mulia, yang terbaik, sebagai pujian terutama kalau dikaitkan dengan kata benda plural / jamak, dan hanya sebagai penutup (khatim), terutama kalau dikaitkan dengan kata benda singular. Dalam tata bahasa Arab, kata Khaatam jika digandeng dengan kata jamak maka artinya bukan lagi terakhir atau penutup melainkan yang paling sempurna,
Nabi Saw bersabda kepada Hadhrat Ali r.a. : Aku adalah khatam dari nabi-nabi dan engkau wahai Ali adalah khatamul aulia (khatam dari Wali-wali) (Tafsir Safi & Jalandari).

  

BAB III
PENUTUP
3.1        Kesimpulan
            Kedudukan dan derajat Nabi Muhammad Saw, berdasarkan ayat-ayat Al-Qur’an. Sebagai kekasih Allah Swt, beliau memeliki kedudukan dan posisi istimewa di sisi-Nya.Tanpa ragu bahwa pengenalan dan makrifat kepada Allah Swt, di peroleh melalui Rasul Saw. Semua Nabi As berada di bawah Rasul Saw dan ajaran mereka juga mengikuti risalah Muhammad Saw meski mereka datang lebih dahulu.
. Istilah rahmatan lil-’alamin dipetik dari salah satu ayat Al Qur’an;
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِين
(Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam).” (QS Al Anbiya’ : 107).
Dalam ayat itu,  “rahmatan lil-’alamin” secara tegas dikaitkan dengan kerasulan Nabi Muhammad Saw. Artinya, Allah tidaklah menjadikan Nabi Saw sebagai rasul, kecuali karena kerasulan beliau menjadi rahmat bagi semesta alam.
            لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu uswatun hasanah (suri teladan yang baik) bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”
[QS. Al-Ahzaab: 21] makna inti yang terkandung dalam ayat tersebut, bahwa kita sebagai ummat Muhammad wajib untuk menjadikan beliau sebagai panutan dan ikutan dalam mengamalkan agama.

        Surat Al Ahzab 33:40 Maa kaana Muhammadun abaa ahadin minr rijaalikum wa laakinr rosuuulal laahi wa khaatamannabiyyin”Yang artinya Muhammad bukanlah Bapak dari seorang laki-laki kamu, tetapi ia adalah seorang Rasul dan Khaataman Nabiyyin(penutup para nabi), khatam-nya dari para nabi-nabi.
3.2 Saran

            Mungkin inilah yang diwacanakan pada penulisan kelompok ini meskipun penulisan ini jauh dari sempurna minimal kita mengimplementasikan tulisan ini. Masih banyak kesalahan dari penulisan kelompok kami, karna kami manusia adalah tempat salah dan dosa: dalam hadits “al insanu minal khotto’ wannisa’, dan kami juga butuh saran/ kritikan agar bisa menjadi motivasi untuk ke depannya membuat makalah yang lebih baik dari sebelumnya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS