About Me

http://zulminara.blogspot.com/
View my complete profile
Muhammad Zulmi Wijiyanto. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Pengertian Muhammadiyah Secara Bahasa

Muhammadiyah  didirikan oleh KH Ahmad Dahlan tahun 1912, organisasi
Muhammadiyah telah dikonsentrasikan sebagai gerakan Islam dan da'wah
amar ma'ruf nahi munkar yang mengandung arti luas yakni mengajak
manusia untuk beragama Islam, meluruskan keislaman kaum muslim serta
meningkatkan kualitas kehidupan baik secara intelektual, sosial,
ekonomi maupun politik. Dalam usaha untuk memurnikan pengamalan
ajaran Islam (purifikasi) sekaligus mengangkat kehidupan umat,
Muhammadiyah lebih berani menerapkan sekolah agama modern dengan
menerapkan metode rasional yang lebih menekankan pada pemahaman dan
penalaran ketimbang hafalan.

(Arti Muhammadiyah)
Arti Bahasa (Etimologis)
Muhamadiyah berasal dari kata bahasa Arab "Muhamadiyah", yaitu nama
nabi dan rasul Allah yang terkhir. Kemudian mendapatkan "ya"
nisbiyah, yang artinya menjeniskan. Jadi, Muhamadiyah berarti "umat
Muhammad saw." atau "pengikut Muhammad saw.", yaitu semua orang
Islam yang mengakui dan meyakini bahwa Nabi Muhammad saw. adalah
hamba dan pesuruh Allah yang terakhir.

Arti Istilah (Terminologi)
Secara istilah, Muhamadiyah merupakan gerakan Islam, dakwah amar
makruf nahi munkar, berakidah Islam dan bersumber pada Alquran dan
sunah, didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Zulhijah 1330
H, bertepatan 18 November 1912 Miladiyah di kota Yogyakarta.

Gerakan ini diberi nama Muhammadiyah oleh pendirinya dengan maksud
untuk berpengharapan baik, dapat mencontoh dan meneladani jejak
perjuangan Rasulullah saw. dalam rangka menegakkan dan menjunjung
tinggi agama Islam, semata-mata demi terwujudnya 'Izzul Islam wal
muslimin, kejayaan Islam sebagai realita dan kemuliaan hidup umat
Islam sebagai realita.

(Maksud dan Tujuan Muhammadiyah)
Dalam AD-ART bab II pasal 3, dinyatakan bahwa tujuan didirikan
Muhammadiyah adalah untuk menegakkan dan menjunjung tinggi agama
Islam sehingga terwujud masyarakat utama, adil, dan makmur yang
diridhoi Allah SWT, dalam usahanya untuk memurnikan pengamalan
ajaran Islam (purifikasi) dan sekaligus mengangkat kehidupan umat.
Muhammadiyah berani menerapkan sistem sekolah agama modern yang
menerapkan metode rasional dan lebih menekankan pada pemahaman dan
penalaran ketimbang hafalan. Sistem ini sangat berbeda dengan sistem
pengajaran yang berkembang pada masa didirikannya organisasi ini
(Lapidus, 1989:76). Muhammadiyah sering dikatakan hanya melakukan
adopsi pendidikan Barat tanpa mengkaji "secara serius aspek filsafat
pendidikan yang mendasarinya." Padahal pendidikan Barat yang
diterapkan Belanda tidak dapat dipisahkan dari kegiatan misionaris
(Steenbrink, 1995:22-23), atau lebih mendasarkan pada nilai
pragmatis, artinya cocok dan mudah dipahami oleh masyarakat urban,
misalnya salat tarawih delapan rakaat, dan sebagainya yang kadang
menimbulkan masalah baru dan tidak kalah pelik dan kompleks.

Dengan alasan ini kemudian para cendekiawan menyebut Muhammadiyah
sebagai gerakan tajdid (pembaharu), modernis, dan sejenisnya (Benda,
1980:70). Jati diri Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid ini semakin
diperkuat dengan jargon-jargonnya seperti ijtihad, tidak bermazhab,
kembali kepada al-Quran dan al-Hadits, dan sebagainya.
Pada periode awal kebangkitan, Muhammadiyah telah berhasil
menjalankan misinya. Banyak data dan fakta yang diajukan untuk
mendukung hal ini. Bahkan, dengan gerakan purifikasinya,
Muhammadiyah sering dituduh oleh kelompok lain yang tidak sepaham
sebagai gerakan "kaum WAHABI Indonesia."

Dalam dinamika proses kelahirannya, Muhammadiyah merupakan gerakan
pembaharu atau tajdid, terlebih dari aspek purifikasinya. Setidaknya
dalam ukuran tertentu Muhammadiyah telah mengembangkan misi ganda.
Pertama, misi purifikasi, yaitu mengembalikan semua bentuk kehidupan
keagamaan pada contoh zaman Islam, dengan membentengi keyakinan
aqidah Islam serta berbagai bentuk ritual tertentu dari pengaruh
sesat. Kedua, dengan landasan universalitas ajaran Islam sesuai
dengan tantangan perkembangan kehidupan, terutama pada ajaran yang
berkaitan dengan nonibadah, seperti aktivitas yang bersumber dasar
ajaran Islam dan hanya memberikan prinsip-prinsip bersifat global.

(Amal Usaha Muhammadiyah)
Usaha yang pertama melalui pendidikan, yaitu dengan mendirikan
sekolah Muhammadiyah. Selain itu juga menekankan pentingnya
pemurnian tauhid dan ibadah, seperti:

Meniadakan kebiasaan menujuhbulani (Jawa: tingkeban), yaitu
selamatan bagi orang yang hamil pertama kali memasuki bulan ke
tujuh. Kebiasaan ini merupakan peninggalan dari adat-istiadat Jawa
kuno, biasanya diadakan dengan membuat rujak dari kelapa muda yang
belum berdaging yang dikenal dengan nama cengkir dicampur dengan
berbagai bahan lain, seperti buah delima, buah jeruk, dan lain-lain.
Masing-masing daerah berbeda-beda cara dan macam upacara tujuh
bulanan ini, tetapi pada dasarnya berjiwa sama, yaitu dengan maksud
mendoakan bagi keselamatan calon bayi yang masih berada dalam
kandungan itu.

Menghilangkan tradisi keagamaan yang tumbuh dari kepercayaan Islam
sendiri, seperti selamatan untuk menghormati Syekh Abdul Qadir
Jaelani, Syekh Saman, dll yang dikenal dengan manakiban. Selain itu,
terdapat pula kebiasaan membaca Barzanji, yaitu suatu karya puisi
serta syair-syair yang mengandung banyak pujaan kepada Nabi Muhammad
saw. yang disalahartikan. Dalam acara-acara semacam ini,
Muhammadiyah menilai, ada kecenderungan yang kuat untuk
mengultusindividukan seornag wali atau nabi, sehingga hal itu
dikhawatirkan dapat merusak kemurnian tauhid. Selain itu, ada juga
acara yang disebut "khaul", atau yang lebih populer disebut khal,
yaitu memperingati hari dan tanggal kematian seseorang setiap tahun
sekali, dengan melakukan ziarah dan penghormatan secara besar-
besaran terhadap arwah orang-orang alim dengan upacara yang berlebih-
lebihan. Acara seperti ini oleh Muhammadiyah juga dipandang dapat
mengerohkan tauhid.

Bacaan surat Yasin dan bermacam-macam zikir yang hanya khusus dibaca
pada malam Jumat dan hari-hari tertentu adalah suatu bid'ah. Begia
ziarah hanya pada waktu-waktu tertentu dan pada kuburan tertentu,
ibadah yang tidak ada dasarnya dalam agama, juga harus ditinggalkan.
Yang boleh adalah ziarah kubur dengan tujuan untuk mengingat adanya
kematian pada setiap makhluk Allah.

Mendoakan kepada orang yang masih hidup atau yang sudah mati dalam
Islam sangat dianjurkan. demikian juga berzikir dan membaca Alquran
juga sangat dianjurkan dalam Islam. Akan tetapi, jika di dalam
berzikir dan membaca Alquran itu diniatkan untuk mengirim pahala
kepada orang yang sudah mati, hal itu tidak berdasa pada ajaran
agama, oleh karena itu harus ditinggalkan. Demikian juga tahlilan
dan selawatan pada hari kematian ke-3, ke-7, ke-40, ke-100, dan ke-
1000 hari, hal itu merupakan bid'ah yang mesti ditinggalkan dari
perbuatan Islam. Selain itu, masih banyak lagi hal-hal yang ingin
diusahakan oleh Muhammadiyah dalam memurnikan tauhid.

(Perkembangan Muhammadiyah)
Dari segi perkembangan secara vertikal, Muhammadiyah telah
berkembang ke seluruh penjuru tanah air. Akan tetapi, dibandingkan
dengan perkembangan organisasi NU, Muhammadiyah sedikit ketinggalan.
Hal ini terlihat bahwa jamaah NU lebih banyak dengan jamaah
Muhammadiyah. Faktor utama dapat dilihat dari segi usaha
Muhammadiyah dalam mengikis adat-istiadat yang mendarah daging di
kalangan masyarakat, sehingga banyak menemui tantangan dari
masyarakat.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar